Yen Melempem di Pasar Eropa, Berbalik Arah Pasca Dugaan Intervensi Jepang
Thursday, May 02, 2024       15:30 WIB

Ipotnews - Yen melemah terhadap dolar, Kamis petang, berbalik arah setelah lonjakan tiba-tiba pada Rabu malam yang oleh trader dan analis dengan cepat dikaitkan dengan intervensi otoritas Jepang.
Yen melorot 0,5% menjadi 155,30 per dolar pada pukul 14.46 WIB, mengoreksi sekitar setengah dari lonjakan Rabu malam dari 157,55 menjadi tepat 153 dalam periode sekitar 30 menit, demikian laporan  Reuters,  di London, Kamis (2/5).
Pergerakan tajam pada sesi Rabu terjadi di masa tenang pasar setelah penutupan Wall Street, dan beberapa jam setelah Federal Reserve merampungkan pertemuan kebijakannya.
Dolar sudah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan karena Chairman Fed Jerome Powell mengkonfirmasi bias pelonggaran bank sentral, bahkan ketika dia menegaskan kembali bahwa inflasi yang kaku berarti penurunan suku bunga mungkin akan terjadi dalam waktu dekat.
"Hal ini membuat pasar lengah karena, tentu saja, itu terjadi di sesi Amerika dan tampaknya bertepatan dengan FOMC untuk mengambil keuntungan dari melemahnya dolar," kata Kyle Rodda, analis Capital.com di Melbourne.
"Elemen 'serangan diam-diam' itu sebenarnya adalah MOF yang ingin menghukum spekulator dan mengirimkan peringatan mengenai shorting yen," papar dia mengacu pada Kementerian Keuangan Jepang (MOF).
Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional, Masato Kanda, yang mengawasi kebijakan mata uang di Kemenkeu, mengatakan kepada  Reuters  bahwa dia tidak bisa berkomentar mengenai apakah Jepang telah melakukan intervensi di pasar.
Dolar masih melesat lebih dari 10% terhadap yen sejauh tahun ini, ketika trader memundurkan ekspektasi mengenai waktu pemangkasan suku bunga pertama the Fed, sementara Bank of Japan mengisyaratkan akan memperlambat pengetatan kebijakan lebih lanjut setelah menaikkan suku bunga pada Maret untuk kali pertama kali sejak 2007.
Intervensi Jepang?
Selisih imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang kedua negara adalah 371 basis poin. Hal ini membantu mengangkat dolar ke level tertinggi dalam 34 tahun di 160,245 yen, Senin, dan juga mendorong pembalikan tajam, yang menurut data resmi disebabkan intervensi Jepang yang berjumlah sekitar USD35 miliar.
"Saya kira intervensi saja tidak dapat membatasi dolar-yen," kata Niels Christensen, Kepala Analis Nordea.
"Bank of Japan terus enggan menaikkan suku bunga utama, yang merupakan salah satu alasan mengapa saya memperkirakan pasar akan menguji kenaikan dolar-yen."
MOF kemungkinan akan melakukan intervensi di pasar mata uang untuk memberikan sinyal bahwa mereka melihat 160 yen per dolar sebagai batasannya, ungkap akademisi Universitas Columbia dan mantan eksekutif Kemenkeu Jepang, Takatoshi Ito, kepada  Reuters , Kamis.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya termasuk yen, euro, poundsterling, turun 0,1% menjadi 105,58, Kamis, menyusul depresiasi 0,6% pada sesi Rabu dari level tertinggi enam bulan.
Euro naik 0,1% menjadi USD1,0727, setelah menguat 0,5% di sesi sebelumnya.
Sterling meningkat 0,1% menjadi USD1,2544, menambah kenaikan 0,3% pada perdagangan Rabu.
Seperti yang diperkirakan secara luas, the Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil, Rabu, dan Powell menekankan bahwa "akan membutuhkan waktu lebih lama dari ekspektasi sebelumnya" bagi pengambil kebijakan untuk merasa yakin inflasi bakal melanjutkan penurunan menuju target 2%. Pada saat bersamaan, dia menyebut risiko kenaikan suku bunga lebih lanjut sebagai hal yang "tidak mungkin terjadi".
"Ada kelegaan kolektif di pasar keuangan setelah the Fed menahan diri untuk tidak meningkatkan sikap hawkish-nya," kata Jack Mclntyre, Manajer Brandywine Global.
"Bayangkan prospek ini sebagai 'high for longer' (suku bunga yang tinggi untuk waktu lebih lama) dan bukan 'higher for longer' (suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu lebih lama). Yang terakhir itu menyiratkan kenaikan suku bunga, yang bukan merupakan cerita saat ini."
Inflasi Swiss yang lebih tinggi dari perkiraan sepanjang April mendorong franc Swiss menguat terhadap euro dan dolar.
"Probabilitas pemotongan suku bunga lagi (dari Swiss National Bank) pada pertemuan Juni kecil kemungkinannya, tetapi saya pikir mereka masih akan cukup senang dengan situasi inflasi tersebut," ujar Christensen.
"Saya masih memperkirakan penurunan suku bunga lagi pada Juni, terutama jika Bank Sentral Eropa juga memangkas suku bunga bulan depan." (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru